Khutbah Jumat: Keutamaan Bulan Rajab
Oleh: Kifayatul Ahyar
Khutbah I
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Di tengah deru kehidupan yang kian kompleks,di saat waktu terasa berlari tanpa kita sadari, kita diingatkan oleh Allah SWT tentang pentingnya kesadaran temporal. Kita sering terjebak dalam rutinitas yang membuat hari-hari terasa sama, bulan silih berganti tanpa makna yang mendalam. Lalu, tibalah kita di gerbang bulan Rajab, bulan yang di dalamnya Allah SWT menaburkan remah-remah rahmat-Nya sebagai pengingat bagi hamba-hamba-Nya yang lalai. Rajab adalah seruan halus dari langit: “Berhentilah sejenak, bernapaslah, dan naiklah mendekat kepada-Ku.”
Bulan Rajab, bersama dengan Sya’ban dan Ramadhan, adalah serangkaian kesempatan emas untuk transformasi spiritual. Ia adalah bulan persiapan, bulan pengolahan tanah hati sebelum kita menanam benih ketaatan di Sya’ban dan memanennya di Ramadhan. Dalam sebuah atsar yang diriwayatkan dari Hasan al-Bashri rahimahullah, beliau berkata: “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, dan Ramadhan adalah bulan memanen.” Betapa indah metafora ini. Apa yang akan kita tanam di bulan Rajab ini? Apakah kita akan menanam benih taubat, atau justru membiarkan tanah hati kita ditumbuhi ilalang kelalaian?
Keutamaan bulan Rajab tidak terletak pada ritual-ritual khusus yang tidak berdasar, tetapi pada momentumnya sebagai asyhurul hurum (bulan-bulan haram). Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan-bulan) itu.”
Perhatikan pesan utama dalam ayat ini: “Maka janganlah kamu menzalimi dirimu.” Di bulan-bulan haram, terutama Rajab yang kita masuki ini, keharaman melakukan kezaliman ditingkatkan. Jika di bulan biasa maksiat adalah kezaliman, di bulan ini ia menjadi kezaliman berlipat. Sebaliknya, jika amal shaleh bernilai pahala, di bulan ini ia pun berlipat ganjarannya. Ini adalah psikologi Ilahi yang Maha Pengasih: Dia memberikan waktu-waktu khusus di mana ‘harga’ kebaikan dinaikkan, sebagai stimulus bagi hamba-Nya untuk berlomba.
Lalu, bagaimana menyambutnya? Bukan dengan perayaan kosong, tetapi dengan refleksi mendalam. Seorang ulama salaf berkata: “Rajab adalah bulan istighfar, Sya’ban adalah bulan shalawat, dan Ramadhan adalah bulan Qur’an.” Marilah kita jadikan bulan ini sebagai bulan pembersihan jiwa. Bertanyalah pada diri sendiri: Dosa apa yang masih memberatkan langkah kita? Hubungan apa dengan saudara kita yang masih terputus? Hak-hak apa yang belum kita tunaikan?
Rasulullah SAW pun mengajarkan kita doa khusus ketika memasuki Rajab, sebagai bentuk pengakuan atas keagungan waktu ini:
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan At-Thabrani)
Doa ini sederhana namun sarat makna. Ia adalah pengakuan bahwa hidup kita sepenuhnya bergantung pada izin Allah. “Sampaikanlah kami ke Ramadhan” adalah pengakuan bahwa nyawa kita adalah titipan yang bisa diambil kapan saja. Doa ini juga mengajarkan kita untuk memandang waktu secara integrated, sebagai sebuah perjalanan spiritual yang berkesinambungan.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Di era digital ini,kita diserbu oleh ribuan informasi tentang “amalan spesial Rajab”. Hati-hatilah. Ibadah itu berdasar ilmu, bukan hanya semangat. Tidak ada shalat atau puasa wajib khusus di Rajab. Ibadah utama di bulan ini adalah kembali kepada dasar: taubat nasuha, meninggalkan kezaliman, memperbanyak istighfar, dan mempersiapkan mental menyambut bulan-bulan berikutnya. Jangan sampai kita terjebak pada hal-hal yang gharib (asing) dalam agama, sambil melupakan substansi dari Rajab itu sendiri: menghentikan kezaliman terhadap diri sendiri.
Marilah kita jadikan Rajab bulan rehabilitasi hati. Sebagaimana tanah yang dibiarkan fallow (istirahat) agar kembali subur, begitulah hati kita perlu diistirahatkan dari maksiat, dari ghibah, dari hasad, dari segala bentuk kekerasan verbal dan batin. Hanya dengan hati yang subur, benih amal shaleh di bulan berikutnya akan tumbuh dengan kokoh.
Khutbah II
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ الزَّمَانَ مَوَاقِيتَ لِعِبَادِهِ، وَخَصَّ بَعْضَ الشُّهُورِ بِفَضَائِلَ تَجْلُو قُلُوبَ أَوْلِيَائِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَافِي الْقَلْبِ وَالنَّسَبِ، وَمُعْلِنُ الْحَقِّ وَالْأَدَبِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، مَنْ نَشَرُوا رَايَةَ الْهُدَى، وَمَضَوْا عَلَى صِرَاطِ اللهِ الْمُسْتَقِيمِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيرِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ. ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ [آل عمران: 102]
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Di tengah deru kehidupan yang kian kompleks,di saat waktu terasa berlari tanpa kita sadari, kita diingatkan oleh Allah SWT tentang pentingnya kesadaran temporal. Kita sering terjebak dalam rutinitas yang membuat hari-hari terasa sama, bulan silih berganti tanpa makna yang mendalam. Lalu, tibalah kita di gerbang bulan Rajab, bulan yang di dalamnya Allah SWT menaburkan remah-remah rahmat-Nya sebagai pengingat bagi hamba-hamba-Nya yang lalai. Rajab adalah seruan halus dari langit: “Berhentilah sejenak, bernapaslah, dan naiklah mendekat kepada-Ku.”
Bulan Rajab, bersama dengan Sya’ban dan Ramadhan, adalah serangkaian kesempatan emas untuk transformasi spiritual. Ia adalah bulan persiapan, bulan pengolahan tanah hati sebelum kita menanam benih ketaatan di Sya’ban dan memanennya di Ramadhan. Dalam sebuah atsar yang diriwayatkan dari Hasan al-Bashri rahimahullah, beliau berkata: “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, dan Ramadhan adalah bulan memanen.” Betapa indah metafora ini. Apa yang akan kita tanam di bulan Rajab ini? Apakah kita akan menanam benih taubat, atau justru membiarkan tanah hati kita ditumbuhi ilalang kelalaian?
Keutamaan bulan Rajab tidak terletak pada ritual-ritual khusus yang tidak berdasar, tetapi pada momentumnya sebagai asyhurul hurum (bulan-bulan haram). Allah SWT berfirman:
﴿إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ﴾ [التوبة: 36]
“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan-bulan) itu.”
Perhatikan pesan utama dalam ayat ini: “Maka janganlah kamu menzalimi dirimu.” Di bulan-bulan haram, terutama Rajab yang kita masuki ini, keharaman melakukan kezaliman ditingkatkan. Jika di bulan biasa maksiat adalah kezaliman, di bulan ini ia menjadi kezaliman berlipat. Sebaliknya, jika amal shaleh bernilai pahala, di bulan ini ia pun berlipat ganjarannya. Ini adalah psikologi Ilahi yang Maha Pengasih: Dia memberikan waktu-waktu khusus di mana ‘harga’ kebaikan dinaikkan, sebagai stimulus bagi hamba-Nya untuk berlomba.
Lalu, bagaimana menyambutnya? Bukan dengan perayaan kosong, tetapi dengan refleksi mendalam. Seorang ulama salaf berkata: “Rajab adalah bulan istighfar, Sya’ban adalah bulan shalawat, dan Ramadhan adalah bulan Qur’an.” Marilah kita jadikan bulan ini sebagai bulan pembersihan jiwa. Bertanyalah pada diri sendiri: Dosa apa yang masih memberatkan langkah kita? Hubungan apa dengan saudara kita yang masih terputus? Hak-hak apa yang belum kita tunaikan?
Rasulullah SAW pun mengajarkan kita doa khusus ketika memasuki Rajab, sebagai bentuk pengakuan atas keagungan waktu ini:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan At-Thabrani)
Doa ini sederhana namun sarat makna. Ia adalah pengakuan bahwa hidup kita sepenuhnya bergantung pada izin Allah. “Sampaikanlah kami ke Ramadhan” adalah pengakuan bahwa nyawa kita adalah titipan yang bisa diambil kapan saja. Doa ini juga mengajarkan kita untuk memandang waktu secara integrated, sebagai sebuah perjalanan spiritual yang berkesinambungan.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Di era digital ini,kita diserbu oleh ribuan informasi tentang “amalan spesial Rajab”. Hati-hatilah. Ibadah itu berdasar ilmu, bukan hanya semangat. Tidak ada shalat atau puasa wajib khusus di Rajab. Ibadah utama di bulan ini adalah kembali kepada dasar: taubat nasuha, meninggalkan kezaliman, memperbanyak istighfar, dan mempersiapkan mental menyambut bulan-bulan berikutnya. Jangan sampai kita terjebak pada hal-hal yang gharib (asing) dalam agama, sambil melupakan substansi dari Rajab itu sendiri: menghentikan kezaliman terhadap diri sendiri.
Marilah kita jadikan Rajab bulan rehabilitasi hati. Sebagaimana tanah yang dibiarkan fallow (istirahat) agar kembali subur, begitulah hati kita perlu diistirahatkan dari maksiat, dari ghibah, dari hasad, dari segala bentuk kekerasan verbal dan batin. Hanya dengan hati yang subur, benih amal shaleh di bulan berikutnya akan tumbuh dengan kokoh.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِينَا وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَارْزُقْنَا تَوْبَةً نَصُوحًا قَبْلَ الْمَوْتِ، وَرِضَاكَ بَعْدَ الْمَوْتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الْأَوَّلِ وَالْآخِرِ، الظَّاهِرِ وَالْبَاطِنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُبَلِّغِ عَنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ، فَأُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ الْعَزِيزِ الْجَبَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ رَجَبَ بَابٌ مِنْ أَبْوَابِ رَحْمَةِ اللهِ، وَفُرْصَةٌ لِتَجْدِيدِ الْعُهُودِ مَعَ الْخَلَّاقِ. فَاغْتَنِمُوهُ بِالِاسْتِغْفَارِ وَالِانْكِسَارِ، وَتَذَكَّرُوا أَنَّ الْأَيَّامَ تَذْهَبُ وَالْأَعْمَالَ تَبْقَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي هَذَا الشَّهْرِ الْحَرَامِ أَنْ تُعِينَنَا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. اللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ النِّفَاقِ، وَأَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاءِ، وَأَلْسِنَتَنَا مِنَ الْكَذِبِ وَالْغِيبَةِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ.
اللَّهُمَّ احْفَظْ بِهِ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ مِنْ كَيْدِ الْأَعَادِي، وَارْزُقْهَا الْأَمْنَ وَالِاسْتِقْرَارَ. اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْتَضْعَفِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، وَفُكَّ قُيُودَ الْأَسْرَى، وَاشْفِ مَرْضَانَا، وَارْحَمْ مَوْتَانَا.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي أَعْمَارِنَا، وَاجْعَلْ أَعْمَالَنَا فِي رِضَاكَ، وَتَوَفَّنَا عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا مُسْلِمًا. اللَّهُمَّ أَعِذْنَا مِنْ شَرُورِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سُوءِ أَعْمَالِنَا.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا. رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.
وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
.jpg)
Post a Comment for "Khutbah Jumat: Keutamaan Bulan Rajab"